Halo!
Sebenarnya saya enggak kepikiran buat nge-post. Tapi pengalaman saya yang satu ini sayang
banget rasanya kalau enggak dishare.
Ini mungkin bukan hal terkonyol atau yang paling konyol
yang pernah saya lakukan.
Jujur aja, saya sendiri juga bingung mau masukin ini
sebagai pengalaman genre apa. Tapi setelah saya pikir, pengalaman ini agak
sedikit nyerempet ke jenis konyol. Bukan ter- bukan juga paling. Hanya konyol
saja.
Kejadiannya sudah lumayan lama, sekitar 6 bulan yang
lalu. Seperti yang saya bilang, awalnya saya enggak pernah kepikiran buat
nge-post. Tapi, belakangan ini ada hal
yang buat saya flashback.
Jadi begini,
sekarang ini saya dan teman-teman saya sedang mempersiapkan mading untuk HSO.
HSO itu apa? Silahkan cari tahu sendiri.
Pas lagi ngumpulin ide, tiba-tiba kita flashback ke
pengalaman konyol yang pernah melibatkan kami atau mungkin terlibat dalam
kehidupan kami .
Jadi awalnya begini
6 bulan yang lalu, ada perlombaan mading 3 dimensi yang
diadakan salah satu media cetak terbesar
di NTB, and we join it.
Lombanya itu sebenarnya hari minggu, but we started to
prepare it early. Dan perlu diingat kalau early-nya itu bener-bener
early. Catet.
Kalau boleh jujur, ini adalah pertama kali bagi saya atau
mungkin bagi kami semua untuk membuat mading 3 dimensi.
Entah setan darimana yang membuat adrenaline kami terpacu
untuk naked uhuk I mean nekad
mengerjakan itu semua, bahkan tanpa Pembina.
Kami mengerjakan
itu semua dengan serius. Benar-benar serius.
Siang-malam kami bekerja
Hujan-panas kami terpa
Tidak peduli siapa-siapa
Kami tetap apa-apa
Halah apa coba!
Intinya, keseriusan kami sudah di ambang batas.
Kami pernah pulang setengah satu malam
Kami pernah hujan-hujanan untuk nyetak foto.
Kami pernah nyuci kain background malam-malam.
Kami pernah ke Senggigi cuma buat ngambil pasir.
Kami pernah merelakan jarum bensin kendaraan kami (terutama
tegar dan wayan :p) melambung jauh dari huruf F.
Kami pernah merasakan bagaimana sakitnya ketika printer
rusak disaat yang tidak tepat.
Kami pernah merasakan bagaimana susahnya mencari tempat
nge-print jam 9 malam.
Kami pernah numpang nge-print di rumah pacar teman kami. Saya
enggak kenal siapa. Tapi salah satu teman saya kenal. Jadi kami bisa pakai
modus “I knew you and what’s yours is mine too”.
Kami pernah (terutama saya) ngisiin tinta printer orang.
Kami pernah (terutama saya) masuk ke dapur orang yang
baru terlibat dalam kehidupan saya beberapa menit, hanya untuk mencuci tangan.
Kami pernah merasakan 4 hari makan siang hanya dengan
cilok.
Kami pernah merelakan tangan kami keriput demi membuat
bubur kertas. Dan sialnya, PRT di rumah Tegar dengan polos tandos dan bowosnya
membuang endapan bubur kertas tersebut... well.. enggak kok NYAKIT ENGGAK! BIASA AJA KOK BIASA AJA!
-_____________-
Kami pernah ngemis-ngemis kain perca.
Kami pernah merasakan bahagianya dikasi discount sama
mbak-mbak dagang kain.
Kami pernah merasakan gimana ribetnya bikin bahan mading
sambil nahan ingus. Pernah.
Kami pernah minjem pick-up di mantan salah seorang dari
kami buat bawa madingnya. Dan ada yang on fire banget waktu itu.
Kami pernah mindahin Sahara Pub ke Kantornya Notaris Heni
Hapsari.
Kami pernah merasakan gimana pusingnya ngatur posisi biar
madingnya muat diangkut.
Kami pernah merasakan gimana baunya bubur kayu dari
kelompok lawan kami. Saya mulai
kepikiran, sepertinya mereka sengaja memasukkan gas beracun berbau untuk
membunuh kami supaya kalah. Tapi maaf, kami semua kebal.
Kami pernah melihat manusia dijadikan mading. Serius demi
apa, kantung ketawa kami rasanya benar-benar kempis melihat seorang anak kecil
gendut yang didandani horror dan digeletakkan atau mungkin maksudnya dipajang
tapi lebih terlihat seperti meletakkan secara sembarangan di mading. Ya saya
tau mungkin kami jahat banget ngetawainnya walaupun enggak secara langsung but
hey, we’re not Dominique Bryan yang ekspresinya datar banget kayak papan
tripleks.
Kami pernah merasakan gimana susahnya nyari WC di
Gelanggang Pemuda.
Kami pernah merasakan awkward moment ketika peserta yang
lain makan nasi bungkus sedangkan kami delivery KFC. Itu Awkward bukan Pride. (okaylah
kalau udah delivery KFC dan kita menang boleh saja bangga, tapi?)
Kami pernah merasakan bagaimana rasanya ketika peserta
lain lebih memilih berfoto dengan kami daripada mading hasil karya kami. Entahlah, saya merasa itu lebih seperti
penghinaan halus.
Dan akhirnya kami MENANG! MENANG-IS dan MENANG-GUNG MALU
Sederet perjuangan dan pengorbanan telah kami lakukan.
Semuanya tulus dan ikhlas kami laksanakan. Tapi harapan tidak sejalan dengan
kehendak Tuhan. Lalu bagaimana kalu kita makan? Apa boleh buat, mungkin belum
waktunya.
Setelah saya pikir-pikir pengalaman ini lebih cocok saya
masukkan ke genre miris. K
Meskipun kami kecewa, tetapi kami sadar
Ada hal yang lebih
berharga dari sebuah piala dan gelar juara…
Ya. PENGALAMAN.
Walau itu hanya berupa hal-hal kecil yang sederhana, tapi
berharga dan bermakna. J
I hate to say this but… I miss those shit-silly-screwy
things that we have done<3
siapa yaaa yg anter ke senggigi cuman ambil pasir doangh ??? :))
BalasHapuskamuuu wkwk {}
BalasHapus